Seorang dokter Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), Priguna, menjadi sorotan setelah kisahnya menyentuh banyak orang di media sosial. Dalam unggahan yang beredar luas, Priguna menceritakan pengalaman emosionalnya saat menangani seorang anak korban kekerasan seksual yang akhirnya sadar setelah menjalani perawatan intensif.
Kisah ini terjadi di sebuah rumah sakit pendidikan tempat Priguna menjalani masa pendidikannya sebagai dokter spesialis. Pasien tersebut adalah seorang anak perempuan berusia 9 tahun yang menjadi korban pemerkosaan dan dianiaya secara fisik hingga mengalami koma ringan.
“Pertama kali saya bertemu dengan pasien ini, kondisinya sangat memprihatinkan. Luka-luka di tubuhnya, trauma yang dalam, dan yang paling menyedihkan adalah fakta bahwa ia belum sadar sejak pertama kali dibawa ke UGD,” tulis Priguna dalam cerita yang diunggahnya di akun media sosial pribadinya.
Selama beberapa hari, Priguna bersama tim medis berjuang memberikan perawatan medis dan pemantauan intensif. Meski telah banyak menangani pasien, Priguna mengaku kasus ini sangat membekas di hatinya.
“Setiap pagi saya cek kondisi pasien, dan setiap malam saya pulang dengan perasaan tidak tenang, bertanya-tanya apakah besok dia akan sadar,” lanjutnya.
Puncak emosional terjadi ketika sang anak akhirnya membuka mata dan menunjukkan tanda-tanda kesadaran. Reaksi Priguna saat itu, sebagaimana diceritakannya, bukanlah hal yang biasa baginya sebagai tenaga medis.
“Saat dia buka mata dan memanggil ibunya pelan, saya nggak kuat. Saya keluar ruangan, pura-pura ambil dokumen. Di luar, saya menangis. Saya bukan orang yang mudah menangis, tapi hari itu berbeda,” ujarnya.
Reaksi ini menunjukkan sisi kemanusiaan dari profesi medis yang kerap terlihat kuat dan tahan banting. Priguna menyampaikan bahwa di balik jas putih yang dikenakan para dokter, mereka tetap manusia yang bisa merasakan duka, marah, dan juga haru.
Kisah ini pun ramai diperbincangkan netizen. Banyak yang memberikan dukungan dan apresiasi kepada Priguna, serta mendoakan agar korban dapat pulih secara fisik maupun psikologis.
“Aku salut banget sama dokter kayak gini. Empati tinggi, nggak cuma ngurusin soal medis, tapi juga manusiawi banget,” tulis salah satu pengguna Twitter.
Namun, di balik kisah mengharukan ini, publik juga menyoroti pentingnya upaya perlindungan terhadap anak dan penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku kekerasan seksual. Banyak pihak mendesak agar aparat penegak hukum bertindak cepat dan memberikan hukuman maksimal kepada pelaku yang disebut masih buron saat berita ini diturunkan.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pun turut angkat bicara. “Kami mengutuk keras tindakan keji tersebut dan terus mendorong agar sistem hukum memberikan keadilan seadil-adilnya bagi korban dan keluarga,” ujar Ketua KPAI dalam konferensi pers singkat.
Sementara itu, pihak rumah sakit tempat Priguna bertugas menyatakan dukungan penuh terhadap dokter muda tersebut. Mereka juga menyampaikan bahwa pasien saat ini masih dalam pengawasan ketat tim psikiatri anak untuk membantu proses pemulihan trauma psikologisnya.
“Kami akan terus mendampingi keluarga korban dalam proses medis maupun psikis. Proses healing anak korban kekerasan tidak bisa instan, namun kami pastikan akan ada sistem yang melindungi dan membantunya pulih,” kata perwakilan rumah sakit.
Momen ini menjadi pengingat bagi masyarakat luas bahwa di balik tragedi, masih ada harapan. Dan harapan itu, kadang datang dalam bentuk tangan-tangan penyembuh seperti Priguna — yang dengan sepenuh hati menjalani tugasnya bukan hanya sebagai dokter, tapi juga sebagai sesama manusia.